Selasa, 27 Mei 2014

FUGU FOOD FROM JAPAN TO WEST JAVA

MASAKAN IKAN BUNTAN DARI JEPANG HADIR DI JAWA TIMUR

KABUPATEN BANGKALAN,  tepatnya di kota bangkalan (jl. cokroaminoto) terdapat sebuah warung kecil yang menyajikan masakan yang tak lazim, yakni ikan buntal yang digoreng dengan tepung. Konon daging ikan buntal yang terkenal paling lezat dan paling mahal dijepang tersebut sangat beracun, tetapi ditangan ahlinya racun ikan tersebut dapat ditangani dengan baik sehingga dapat kita santap.

MEMASAK IKAN BUNTAL BERACUN HARUS HATI-HATI.

Diposkan oleh BLOG SEHAT ALAMI Selasa, 08 Mei 2012
Juru masak alias koki profesional dalam bidangnya tentu sangat berhati-hati saat menyajikan masakan karena cita rasa masakannya akan dinilai oleh penikmat kuliner yang menjadi pelanggannya. Apalagi kehati-hatian saat memilih bahan makanan agar tidak mengandung bahan berbahaya saat diolah menjadi masakan, menjadi syarat mutlak untuk mendapatkan lisenci. Koki profesional Jepang yang saat ini tengah naik daun karena kepiawaiannya dalam hal memasak ikan buntal adalah Naohito Hashimoto asal Tokyo.
Simak saja bagaimana Hashimoto dengan cekatan memilih seekor ikan buntal beracun. Ikan buntal beracun sebagai bahan masakan lezat Jepang sangat banyak penggemarnya. Para penikmat kuliner lezat Jepang ini tidak khawatir bakal terkontaminasi racun ikan buntal yang disantapnya, karena juru masak Hashimoto sudah berpengalaman dalam hal mengolah ikan buntal higeines  bebas racun.
Setiap kali  Hashimoto memilih ikan buntal  yang hendak dijadikan bahan masakan, dia lalu memisahkan bagian beracun ikan ini dengan hati-hati. Lalu ia  segera membuang racun ke dalam keranjang yang tertutup rapat. Konon ikan buntal mempunyai racun yang lebih berbahaya daripada sianida.
Selama enam dekade penyajian ikan buntal diatur ketat dan koki yang memasaknya harus memiliki lisensi. Namun perundangan baru Jepang yang berlaku efektif Oktober lalu memperbolehkan koki tanpa lisenci menyediakan hidangan istimewa ini. Artinya setiap koki boleh memasak ikan buntal sekali pun dia belum memiliki lisenci resmi dari pemerintah Jepang.
Ikan Buntal terkenal lezat di Jepang dan Korea, tapi hati-hati karena kulit dan beberapa organ tertentu mengandung racun yang sangat tinggi dan berbahaya bagi manusia. Statistik menunjukkan rata-rata ada 20-44 kasus keracunan Ikan Buntal di Jepang. Karena resikonya sangat tinggi, koki yang memasaknya harus memiliki Izin Khusus.
Hal itulah yang membuat gundah Hashimoto. " Kami menghabiskan banyak uang dan waktu untuk mendapatkan lisenci dan mematuhi peraturan saat memasak ikan buntal agar tetap higenies dan tidak membahayakan konsumen. Tetapi sekarang pemerintah mengatakan semua koki  boleh menyajikan ikan buntal, " ujarnya heran. Koki berlisenci seperti kami ini merasa aneh  atas aturan baru itu.
Setiap tahun selalu ada laporan orang tewas setelah memasak dan makan ikan buntal di rumahnya. Mereka kurang hati-hati saat memisahkan racun ikan buntal yang ternyata sudah mencemari bagian daging lainnya. Tanpa ragu ikan buntal yang sudah tercemar lalu dimasaknya.
Mengingat masakan ikan buntal yang sangat lezat di lidah orang Jepang, maka makanan ini cukup mahal harganya, yaitu sekitar 10.000 yen atau sekitar Rp. 1 juta per porsi. Anda tertarik dengan masakan ikan buntal? Tak ada salahnya mencicipi tapi dengan syarat koki yang memasaknya sudah mempunyai lisensi seperti Naohita Hashimoto. ( Reuters ).

Sabtu, 23 Juni 2012

http://www.facebook.com/media/set/?set=a.493448807336209.131335.100000132837145&type=3&l=df9ab6aada

Batik Tulis Madura Tanjungbumi (Unik, Eksotis, dan Eksklusif)



Batik Jogja, Batik Pekalongan, Batik Cirebon sudah biasa. Motif parang baron, parang rusak, megamendung, gringsing pun sudah biasa. Bagaimana dengan batik Tanjungbumi atau motif batik tluki kurung? Belum tentu.
Tanjungbumi merupakan daerah yang menjadi sentra batik yang cukup terkemuka di Pulau Madura. Letaknya 50km ke arah utara Kabupaten Bangkalan, Madura dan berdekatan dengan wilayah laut, tepatnya Laut Jawa. Desa Tanjungbumi dapat ditempuh dengan mobil pribadi selama 45-60 menit. Namun, jika teman2 ingin menggunakan angkutan umum, dari Bangkalan-Tanjungbumi cukup mengeluarkan uang Rp 8.000 hingga Rp 10.000 sudah tiba di perkampungan batik Tanjungbumi. Di desa ini, membatik sudah menjadi keseharian warganya. Konon, pada mulanya para istri membuat batik untuk mengisi waktu luang sambil menunggu suami datang melaut. Ya, profesi nelayan merupakan mata pencarian utama para laki-laki di Tanjungbumi karena kondisi geografisnya dekat dengan laut. Di desa ini setidaknya terdapat kurang lebih 900 perajin batik yang menyebar di seluruh Tanjungbumi. Tak heran para remaja di sana pun telah mahir membuat batik.
Kebanyakan motif batik Tanjungbumi berkisar pada motif batik tulis pesisir yang dipengaruhi oleh lingkungan dan letak geografisnya. Warna-warna khas batik tulis di daerah ini menggunakan warna-warna yang tajam dan kontras yang disesuaikan dengan karakter masyarakat Madura. Salah satu warna yang menjadi ciri khas adalah warna merah. Biasanya ada setitik warna merah pada motif daun, bunga, merak, dan sebagainya. Bagi masyarakat Tanjungbumi, dulunya batik diperlakukan sebagai barang berharga layaknya emas atau tabungan dan diwariskan kepada anak cucu. Namun, seiring berjalannya waktu, batik sudah mulai dikomersialkan. Batik Tanjungbumi konon bisa bertahan dan awet hingga puluhan bahkan ratusan tahun tanpa lapuk maupun berubah warna.
Suramadu in the dark 'n the light
Kami tiba di Kabupaten Bangkalan, Madura pada malam hari. Jika kami pulang, Jember masih jauh dan semua sudah lelah. Karena tidak ada satupun sanak saudara di Madura, penginapan seadanya kami cari. Ternyata cukup susah mencari tempat penginapan di sini. Setelah bertanya kanan-kiri, kami diberi informasi bahwa ada satu hotel dekat alun-alun kota. Setelah berputar beberapa saat hotel yang dimaksud ketemu juga. Namanya Hotel Ningrat, tak terlalu buruk untuk ukuran hotel kelas melati. Mengambil tema desain rumah kuno, interior maupun eksterior hotel ini cukup memikat hati. Saya hanya berharap mudah-mudahan hotel ini tak berhantu saja.
Paginya, petugas hotel menceritakan tentang desa Tanjungbumi, desa pembuatan batik Madura yang terkenal. Segera kami menuju ke desa Tanjungbumi. Jalanan selebar 5 meter dengan marka setengah hati kami lalui. Kurang lebih 1 jam perjalanan dihabiskan menuju desa Tanjungbumi dengan pemandangan lingkungan desa di kanan-kirinya. Sawah, semak, vegetasi bakau, perkampungan, sawah lagi, semak lagi, bakau lagi, begitu seterusnya. Sampai pasar desa Tanjungbumi, kami bertanya pada masyarakat setempat dimana tempat pembuatan batik. Kami berbelok ke sebuah gang, di seberang masjid. Di sanalah seorang perajin batik tinggal, Bu Rohayah namanya. Perawakannya kecil dan telah termakan usia, namun masih semangat membuat batik. Dia menceritakan segalanya, bagaimana proses membuat batik, mulai dari hanya selembar kain putih kosong menjadi sebuah kain batik yang bernilai seni tinggi.
Batik dibuat dengan cara yang sederhana,  dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari kapas yang dinamakan kain mori. Batik juga dapat dibuat di atas berbagai macam bahan seperti sutera, poliester, rayon, dan bahan sintetis lainnya. Motif batik dibentuk dengan cairan lilin menggunakan alat yang dinamakan canting untuk motif halus, atau kuas untuk motif berukuran besar, sehingga cairan lilin meresap ke dalam serat kain. Kain yang telah dilukis dengan lilin kemudian dicelup dengan warna yang diinginkan, biasanya dimulai dari warna-warna muda. Pencelupan kemudian dilakukan untuk motif lain dengan warna lebih tua atau gelap. Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke dalam bahan kimia (dapat juga dengan dengan air panas) untuk melarutkan lilin.
“Jangan lupa sama batik gentongan!”, pesan bu Rohayah. Batik gentongan merupakan jenis batik spesial yang ada di Desa Tanjungbumi. Disebut gentongan, karena proses pewarnaan batik ini direndam dalam wadah mirip gentong. Batik ini terbuat dari pewarna alami misalnya, kulit pohon jambal untuk warna kuning, warna merah bisa diambil dari kulit mengkudu, warna hijau dari kulit mundu dicampur tawas. Proses perendaman batik gentongan berbeda dengan batik pada umumnya. Batik jenis ini bisa menghabiskan waktu sebulan hingga setahun. Semakin lama direndam, semakin bagus dan kuat hasil proses pewarnaannya dan tentunya harganya semakin mahal. Selembar kain batik tulis gentongan bisa dijual dengan harga Rp 4 juta hingga Rp 5 jutaan. Jenis batik inipun dapat bertahan hingga puluhan tahun tanpa memudar warnanya. Sayang, saat kami berkunjung ke Desa Tanjungbumi tidak ada batik gentongan karena bukan hari pasaran (hari pasaran di Madura adalah hari Jumat-Sabtu).
Batik Tanjungbumi, seperti batik pada umumnya memiliki harga yang bervariasi. Variasi harga ini ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain adalah karena bahan dasar (kain) yang bagus, rumitnya motif, pembuatan motif pada dua sisi (bolak-balik), proses pewarnaan (pencelupan) yang dilakukan berulang kali, dan pembuatan batik yang dilakukan secara tanggung renteng (dikerjakan bukan oleh satu orang). Beberapa batik Tanjungbumi juga terkadang bertekstur kasar. Namun, meski tampak kasar, bukan berarti batik Tanjungbumi murahan. Bahan yang kasar jika di-treatment dengan baik dan benar, maka batik akan terjaga keindahannya. Kapan-kapan saya posting beberapa tips merawat batik agar awet dan semakin indah. Oia, salah satu keistimewaan batik Tanjungbumi adalah semakin lama warnanya semakin cerah.
Pulang dari Tanjungbumi, saya membawa beberapa batik untuk dijual. Batik yang saya bawa adalah batik dengan range harganya berada pada kisaran tengah. Tidak terlalu mahal dan tidak terlalu murah, agar mudah nanti dijualnya. Oia, teman2 yang tertarik dengan batik Tanjungbumi, bisa menghubungi saya. Yaah belajar menjadi enterpreneur kecil2an laah..